BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan
mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui sebagai kekuatan
yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban, tidak
ada suatu prestasi pun tanpa peranan pendidikan. Kejayaan Islam di masa klasik
telah meninggalkan jejak kebesaran Islam di bidang ekonomi, politik,
intelektualisme, tradisi-tradisi, keagamaan, seni, dan sebagainya, tidak
terlepas dari dunia pendidikan, begitu pula dengan kemunduran pendidikan Islam,
telah membawa Islam berkubang dalam kemundurannya.
Kajian
tentang pendidikan Islam pada masa Rosulullah SAW amatlah penting untuk
ditelaah kembali sebagai rujukan dan pijakan dalam melaksnakan pendidikan di
masa kini dan masa yang akan datang, agar norma-norma dan nilai-nilai ajaran
Islam tetap utuh selamanya. Profil Rosulullah SAW baik sebagai peserta
didik atau murid maupun sebagai pendidik atau guru, potret Rosulullah ini
merupakan motivasi dan panduan bagi umat Islam dalam melajutkan pendidikan.
Proses pendidikan tidak terlepas dari dua komponen dari pendidik dan peserta
didik, dalam hal pendidikan Islam Rosulullah SAW adalah pendidik pertama dan
utama dalam dunia pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan,
internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang
dilakukannya dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apapun
dan dimanapun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Hasil
pendidikan Islam periode Rosulullah SAW terlihat dari kemampuan murid-muridnya
(para shabat) yang luar biasa. Misalnya, Umar bin Khatthab sebagai ahli hukum
dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman Al-Farisi ahli perbandingan
agama, dan Ali bin Abi Thalib ahli hukum dan tafsir, dan kesinambungan
pendidikan Islam yang dirintis Rosulullah SAW berlanjut sampai pada periode
tabi’in, dan terbukti ahli ilmuan bertambah banyak bermunculan.
Gambaran dan
pola pendidikan Islam di periode Rosulullah SAW pada fase Mekah dan Madinah
merupakan sejarah masa lalu yang perlu diungkapkan kembali, sebagai bahan
pertimbangan, sumber gagasan, gambaran strategi dalam menyukseskan pelaksanaan
pendidikan Islam. Pola pendidikan di masa Rasulullah Saw tidak lepas dari dari
metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidik, peserta didik, lembaga, dasar,
tujuan dan sebagainya yang bertalian dengan pelaksanaan pendidikan Islam, baik
secara teoritis maupun praktis.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
yang menjadi rumusan masalah pada pembahasan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana kondisi sosiokultural
masyarakat Mekkah dan Madinah?
2. Bagaimana pendidikan Islam pada masa
rasulullah di Mekkah?
3. Bagaimana pendidikan Islam pada masa
Rasulullah di Madinah?
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui kondisi sosiokultural
masyarakat Mekkah dan Madinah.
2. Untuk mengetahui pendidikan Islam pada
masa Rasulullah di Mekkah.
3. Untuk mengetahui pendidikan Islam pada
masa Rasulullah di Madinah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONDISI SOSIOKULTURAL MASYARAKAT MEKKAH DAN MADINAH
Kondisi
sosiokultural masyarakat Arab pra-Islam, terutama pada masyarakat Mekkah dan
Madinah sangat memengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di Mekkah dan
Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Mekkah lebih
sedikit dari pada orang-orang yang masuk Islam pada fase Madinah. Hal tersebut
di antaranya disebabkan oleh watak dan budaya nenek moyang mereka sedangkan
masyarakat Madinah lebih mudah dimasuki ajaran Islam karena saat kondisi
masyarakat, khususnya Aus dan Khazraj sangat membutuhkan seorang pemimpin,
untuk melenturkan pertikaian sesama mereka dan sebagai pelindung dari ancaman
kaum Yahudi, di samping sifat penduduknya yang lebih ramah yang
dilatarbelakangi kondisi geografis yang lebih nyaman dan subur.[1]
B.
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DI MEKKAH
Mekkah
merupakan kota suci umat Islam, di sana terdapat beberapa keistimewaan diantaranya
adalah tempat berdirinya Ka’bah, tempat kelahiran Nabi, dan tempat melaksanakan
ibadah haji yang termasuk dalam salah satu rukun Islam. Fase
Mekkah ini dijadikan sebagai fase awal pembinaan pendidikan Islam, dengan Kota Mekkah
sebagai pusat kegiatannya. Maka dalam hal ini, betapa sangat pentingnya peran serta
Kota Mekkah sebagai tempat awal dalam menyampaikan ajaran Islam.
Pendidikan
yang berlangsung di Mekkah atau sebelum hijrah dapat dikaji melalui beberapa
hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan, diantaranya adalah visi, misi,
tujuan, sasaran (murid), pendidik, kurikulum, pendekatan dalam pembelajaran,
sarana prasarana, dan evaluasi. Secara umum, pendidikan yang disampaikan oleh
Nabi pada fase ini adalah penanaman tauhid (aqidah) dan perbaikan budi pekerti.[2]
Pada
periode Mekkah, yakni sejak Nabi diutus sebagai Rasul hingga hijrah ke Madinah
kurang lebih sejak tahun 611-622 M atau selama 12 tahun 5 bulan 21 hari, sistem
pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi. Bahkan tidak ada yang mempunyai
kewenangan untuk memberikan atau
menentukan materi-materi pendidikan
selain Nabi. Nabi melakukan pendidikan dengan cara sembunyi-sembunyi
terutama kepada keluarganya, di samping dengan berpidato dan ceramah di
tempat-tempat yang ramai dikunjungi
orang. sedangkan materi pengajaran yang diberikan hanya berkisar pada
ayat-ayat Al-Qur’an sejumlah 93 surat
dan petunjuk-petunjuknya.[3]
Aktivitas
pendidikan pada periode ini di pusatkan di rumah sahabat Arqam bin Abi
al-Arqam, di sekitar bukit shafa,. Dipilihya rumah Arqam sebagai tempat
pendidikan dengan pertimbangan lokasinya yang baik dan tidak mudah diintai
kafir quraisy. Pertimbangan ini sangat dipelukan untuk menciptakan keamanan dan
ketenangan dalam belajar. Di samping itu, nabi juga menjadikan rumah beliau sebagai
tempat konsultasi dan belajar agama Islam terutama kepada mereka yang datang
berkunjung kepada beliau.[4]
1.
Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Mekkah
Pola
pendidikan yang dilakukakan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan
dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
a)
Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan
Pada awal turunnya
wahyu pertama (the first revelation)
Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi
mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya
sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya Khadijah
untuk beriman kepada Allah dan menerima petunjuk dari Allah. Kemudian diikuti
oleh anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah
(seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak
angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur
ajakan tersebut disampaikan secara meluas tetapi masih terbatas di kalangan
keluarga dekat dari Suku Quraisy saja seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awan,
Sa’ad Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Talhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn
Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid, dan beberapa
orang lainnya. Mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk
Islam.[5]
b)
Pendidikan Islam Secara Terang-terangan
Rasulullah Saw
mengumpulkan para penduduk Kota Mekkah, terutama yang berada dan bertempat
tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa, yang letaknya tidak
jauh dari Ka’bah. Rasulullah Saw memberi peringatan kepada semua yang hadir
agar segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya
menyembah atau menghambakan diri kepada Allah Swt. Menanggapi dakwah Rasulullah
Saw tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang menolak disertai teriakan
dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab bukan
hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia
berkata: “Celakalah Engkau Muhammad, untuk inikah Engkau mengumpulkan
kami?”sebagai balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah Ayat Al-Qur’an
yang berisi kutukan Allah Swt terhadap Abu Lahab yakni Surah Al-Lahab ayat 1-5:
Artinya:
“Binasalah kedua tangan
Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta
bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya
ada tali dari sabut.”
Pada periode dakwah
secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dua orang
kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman
Nabi Saw) dan Umar bin Khattab.[6]
c)
Pendidikan Islam untuk Umum
Rasulullah mengubah
strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih
kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala
“internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah, sura Al-Hijr ayat
94-95:
Artinya:
“. . . .Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan(kamu).”
Sebagai
tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi
kemah-kemah para jama’ah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali
sekolompok jama’ah haji dari Yastrib, kabilah Khazraj yang menerima dakwah
secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Mekkah. Berikutnya,
di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad Saw, Rasulullah
didatangi dua belas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar
kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’ah
Al-Aqabah I” mereka berjanji tidak akan menyembah selain kepada Allah swt,
tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak, dan menjauhkan
perbuatan-perbuatan keji serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah dalam yang
benar, dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.
Berkat semangat yang tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran
Islam, sehingga seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali orang-orang
Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jama’ah haji dari Yastrib mendatangi
Rasulullah Saw dan menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.[7]
2.
Materi Pendidikan Islam Fase Mekkah
Materi
pendidikan pada fase Mekkah dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu:
a) Materi Pendidikan Tauhid
Secara praktis
pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana, menuntun akan
pikiran dengan mengajak umatnya untuk pembaca, memerhatikan dan memikirkan
kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. Kemudian beliau
mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Rasulullah langsung menjadi contoh bagi umatnya.
Hasilnya, kebiasaan masyarakat Arab yang memulai perbuatan atas nama berhala
,diganti dengan ucapan bismllahirrahmanirrahim.
Kebiasaan menyeambah berhala, diganti dengan mengagungkan dan menyembah
Allah Swt.
b) Materi Pengajaran Al-Qur’an
Materi ini dapat
dirinci kepada: (1) materi baca tulis Al-Qur’an, (2) materi menghafal ayat-ayat
Al-Qur’an, (3) materi pemahaman Al-Qur’an, tujuan materi ini adalah meluruskan
pola pikir umat Islam yang dipengaruhi pola pikir jahiliah.[8]
Di
antara intisari pendidikan Islam di Mekkah itu, ialah menerangkan pokok-pokok
agama Islam seperti beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan hari akhir, serta amal
ibadat. Adapun zakat belumlah diperinci di Mekkah, bahkan zakat waktu itu
berarti sedekah kepada fakir miskin dan anak-anak yatim.Selain dari pada itu
menyuruh manusia berakhlak mulia dan berkelakuan baik dan melarang mereka
berperangai jahat dan berkelakuan buruk.[9]
3.
Metode dan Lembaga Pendidikan Islam Fase Mekkah
Metode
pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabatnya antara lain:
a) Metode
ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya
dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya.
b) Dialog,
misalnya dialog antara Rasulullah dengan para
sahabat untuk mengatur strategi perang.
c) Diskusi
atau tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada
Rasulullah tentang suatu hukum kemudian Rasul menjawab.
d) Metode
perumpamaan, misalnya orang muslim itu laksana satu
tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota tubuh lainnya akan
turut merasakannya.
e) Metode
kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan
isra’ mi’raj dan kisah tentang pertemuan antara Nabi Musa dengan Nabi Khaidir.
f) Metode
pembiasaan, membiasakan kaum muslimin shalat
berjama’ah.
g) Metode
hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk
menjaga Al-Qur’an dengan menghafalnya.
Lembaga
pendidikan Islam pada fase Mekkah ada dua macam tempat, yaitu:
1) Rumah Arqam ibn Arqam merupakan tempat
pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah untuk belajar hukum-hukum
dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama
atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam.
2) Kuttab.
Dalam sejarah pendidikan Islam istilah kuttab telah dikenal di kalangan bangsa
Arab pra-Islam, secara etimologi kuttab berasal
dari bahasa Arab yakni kataba, yaktubu, kitaaban,
yang artinya telah menulis, sedang menulis, dan tulisan, sedangkan maktab artinya meja atau tempat menulis.[10]Ahmad
Syalaby mengatakan bahwa Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua,
yaitu ;
Pertama, Kuttab
berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan
sebagian besar gurunya adalah non muslim Kuttab jenis pertama ini
merupakan lembaga pendidikan dasar yang hanya mengajarkan baca tulis. Pada
mulanya pendidikan Kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru atau di
pekarangan sekitar Masjid. Materi yang diajarkan dalam pelajaran baca tulis ini
adalah puisi atau pepatah-pepatah arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang
baik. Adapun penggunaan Al-Qur’an sebagai teks dalam Kuttab baru terjadi
kemudian, ketika jumlah kaum Muslim yang menguasai al-Qur’an telah banyak, dan
terutama setelah kegiatan kodifikasi pada masa kehalifahan Utsman bin Affan.
Kebanyakan guru Kuttab pada masa awal Islam adalah non muslim, sebab
Muslim yang dapat membaca dan menulis yang jumlahnya masih sedikit sibuk dengan
pencatatan wahyu.
Kedua, sebagai
pengajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks Al-Qur’an
pada jenis Kuttab yang kedua ini,setelah qurra’ dan huffadh
(ahli bacaan dan penhafal Al-Qur’an telah banyak). Guru yang mengajarkan adalah
dari umat Islam sendiri. Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari Kuttab
tingkat pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca tulis. Pada jenis yang
kedua ini siswa diajari pemahaman Al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, juga
diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab, dan aritmetika. Sementara Kuttab
yang dimiliki oleh orang-orang yang lebihmapan kehidupannya, materi tambahannya
adalah menunggang kuda dan berenang.[11]
C.
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DI MADINAH
Wahyu secara
berangsur-angsur turun selama periode Madinah. Kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW
dalam mengajarkan Al-Qur’an adalah menganjurkan pengikutnya untuk menghafal dan
menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana diajarkannya. Beliau sering mengadakan
ulangan-ulangan dalam pembacaan Al-Qur’an, yaitu dalam sembahyang, dalam
pidato-pidato, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain kesempatan.
Penulis-penulis Al-Qur’an yang telah ditunjuk olehnya untuk menuliskan setiap
ayat yang diturunkanpun tetap melaksanakan tugasnya dengan baik. Di antara
mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin
Tsabit dan Mu’awiyah. Dengan demikian segala kegiatan yang dilaksanakan oleh
Nabi Muhammad SAW bersama umat Islam pada masa itu, dalam rangka pendidikan
sosial dan politik, selalu berada dalam bimbingan dan petunjuk langsung dari
wahyu-wahyu.[12]
Ciri pokok
pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi di Madinah adalah pendidikan
dalam bernegara dan berbangsa (sosial-politik) dalam arti luas. Pembinaan
pendidikan di Madinah ini pada hakikatnya adalah merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Mekkah. Artinya bagaimana pembinaan pendidikan
sosial-politik agar dapat dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhir dari
tingkah laku sosial-politiknya merupakan cermin dan pantulan dari sinar tauhid.[13]
1.
Lembaga Pendidikan Islam Fase Madinah
Setelah
Nabi serta sahabat-sahabatnya hijrah ke Madinah, usaha Nabi yang pertama ialah
mendirikan mesjid. Nabi sendiri bekerja membangun mesjid itu bersama sahabat-sahabatnya.
Di samping mesjid didirikan rumah tempat tinggal Nabi. Di salah satu penjuru
mesjid disediakan untuk tempat tinggal orang-orang miskin yang tiada mempunyai
rumah.[14]
Masjid
itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad Saw bersama kaum Muslimin, untuk secara
bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan
mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Di masjid itulah beliau bermusyawarah
mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjama’ah, membacakan Al-Qur’an,
maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian, masjid itu
merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.[15]
2.
Materi dan Kurikulum Pendidikan Islam di Madinah
Salah satu
komponen operasional pendidikan Islam adalah kurikulum, ia mengandung materi
yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pada
hakikatnya antara materi dan kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu
bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu
sistem institusional pendidikan. Seseorang yang akan membuat lesson plan tidak cukup hanya mempunyai
kemampuan membuat rumusan tujuan pengajaran. Ia juga harus menguasai materi
pengajaran. Bahkan rumusan tujuan pengajaran itu diilhami oleh antara lain
materi pengajaran. Oleh karena itu, guru harus menguasai materi pengajaran.
Kurikulum
pendidikan Islam pada periode Rosulullah SAW baik di Mekah maupun Madinah
adalah Al-Qur’an, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi,
kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam saat itu. Karena itu dalam
praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan
pragmatis.
Mahmud Yunus
mengklasifikasikan materi pendidikan agama yang diterapkan Nabi di Madinah, sebagai
berikut :
1.
Pendidikan
keimanan;
2.
Pendidikan ibadah;
3.
Pendidikan akhlak;
4.
Pendidikan
kesehatan(jasmani);
5.
Pendidikan
kemasyarakatan (sosial)
Sedangkan Zukhairini
membagi materi pendidikan Islam fase Madinah, seperti :
1.
Pembentukan
dan pembinaan masyarakat baru menuju kesatuan sosial dan politik;
2.
Materi
pendidikan sosial dan kewarganegaraan, yang terdiri dari pendidikan ukhuwah
antara kaum muslimin, pendidikan kesejahteraan;
3.
Materi
pendidikan khusus anak-anak, yang meliputi ; pendidikan tauhid, pendidikan
salat, penndidikan sopan santun dalam keluarga, sopan santun dalam masyarakat,
dan pendidikan kepribadian;
4.
Materi
pendidikan pertahanan dan ketahanan dakwah Islam.[16]
[1]H. Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011) hal. 30
[2]Qomaruddin, http://arjosariianatuttholibin.blogspot.com/2012/12/biografi-sayyid-quthb.html, (online tanggal 17 Oktober 2013, 12.35 wib)
[3]Suwendi, Sejarah dan Pemikiran
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja GrapindoPersada, 2004) hal. 7.
[4]M. As’ad Thoha, Sejarah Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Insan
Madani, 2001) hal. 12.
[5]H. Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011) hal. 32
[6]H. Syamsuri, Pendidikan Agama
Islam Jilid I: untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 82
[7]H. Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan
Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2011) hal. 34
[8]H. Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam...hal. 34
[9]H. Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), hal. 9
[10]H. Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011) hal. 36.
[11]H. Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam. . . hal. 8.
[12]Moh.Sunarji, http://www.bisosial.com/2012/06/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html (online tanggal 17 Oktober 2013, 12.35 wib).
[13]Qomaruddin, http://arjosariianatuttholibin.blogspot.com/2012/12/biografi-sayyid-quthb.html, (online tanggal 17 Oktober 2013, 12.35 wib)
[14]H. Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), hal. 14.
[15]H. Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011) hal. 37
[16]Moh.Sunarji, http://www.bisosial.com/2012/06/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html (online tanggal 17 Oktober 2013, 12.35 wib).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar