BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar
adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progressif, juga merupakan
suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam proses
belajar, setiap orang memiliki kelebihan dalam menerima sesuatu dan
metode-metode yang mudah untuk diterimanya dalam belajar. Yang mana metode yang
lebih dipahami dan dimengerti, itulah yang seharusnya digunakan. Peran mata
untuk melihat dan membaca, kemudian telinga untuk memdengarkan, dan media gerak
akan sangat berperan dalam kegiatan belajar. Meskipun dengan adanya metode,
tidak menutup kemungkinan seseorang akan kesulitan dalam menerima pelajaran.
Kendala
yang dihadapi oleh seseorang sangat bermacam-macam. Pada makalah ini akan
dijelaskan tentang “Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik?
2.
Apa
saja cara mengatasi kesulitan belajar?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik.
2.
Untuk
mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kesulitan Belajar
Menurut, Dr. Musthofa Fahmi: Sesungguhnya belajar adalah (ungkapan
yang menunjuk) aktivitas (yang menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku
atau pengalaman).
Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.
Dengan kata lain yang lebih rinci belajar adalah:
a.
Suatu
aktivitas atau usaha yang disengaja.
b.
Aktivitas
tersebut menghasilan perubahan, berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang
pernah dipelajari.
c.
Perubahan
itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, isi ingatan, dan lain-lain baik
berkenaan dengan fisik atau psikis.
d.
Perubahan
tersebut relative bersifat konstan.[1]
Kesulitan belajar adalah
gangguan yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yang dikarenakan oleh
kurangnya pemahaman intelektual yang dimiliki oleh seseorang pembelajar
terhadap materi yang diberikan.[2] Kesulitan
belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamnya termasuk
pengertian-pengertian seperti:
a. Learning Disorder
(ketergangguan belajar)
Adalah keadaan di mana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya
orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu,
akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih
rendah dari potensi yang dimiliki.
b. Learning Disabilities (ketidakmampuan
belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang
mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil
belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
c. Learning Disfungtion (ketidakfungsian
belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses belajar
tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda
subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis
lainnya.
d.
Under
Achiever (pencapaian rendah)
Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki
tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah.
e.
Slow
Learner (lambat belajar)
Adalah murid yang lambat dalam proses
belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain
yang memeliki taraf potensi intelektual yang sama.
Kesulitan
merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk
dapat mengatasi. Kesulitan belajar
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai
adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh
yang mengalaminya, dan bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam
keseluruhan proses belajarnya.[3]
1.
Beberapa
Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang
meninjaunya dari sudut intern anak didik dan ekstern anak didik. Muhibbin Syah,
misalnya, melihatnya dari aspek diatas. Menurutnya faktor-faktor anak didik
meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni:
a.
Yang
bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi anak didik.
b.
Yang
bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c.
Yang
bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indra penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan
kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik.
Faktor lingkungan ini meliputi:
a.
Lingkungan
keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.
Lingkungan
perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh dan teman
sepermainan yang nakal.
c.
Lingkungan
sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat
pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain bersifat umum diatas, ada pula faktor lain yang juga
menimbulkan kesulitan belajar. Faktor-faktor ini dipandang khusus, misalnya:
sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar).
Sindrom berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan
psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Anak didik yang memiliki
sindrom tersebut sebenarnya memiliki IQ yang normal bahkan memiliki kecerdasan
diatas rata-rata. Oleh karenanya, sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan
oleh adanya gangguan ringan pada otak (minimal) brain dysfunction.[4]
B.
Cara Mengatasinya
Tugas
pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu menjalani
kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari sebagai khalifah Allah di bumi.
Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan potensi (fitrah), sebagaimana terdapat
dalam Q.S an-Nahl:78
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ
السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: "Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur."[5]
sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam
diri anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran
sebuah pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman berguna bagi hidupnya. Dengan
demikian pendidikan yang pada hakekatnya adalah untuk memanusiawikan manusia
memiliki arti penting bagi kehidupan anak. Hanya pendidikan yang efektif yang
mampu meningkatkan kualitas hidup dan mengantarkan anak survive dalam hidupnya.
Secara garis besar, langkah-langkah
yang diperlukan dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan
melalui 6 tahap yaitu:
1.
Pengumpulan
data
Menurut
Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai
metode, diantaranya: observasi, kunjungan rumah, case study, case history,
daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, tugas kelompok, dan melaksanakan tes
(baik tes IQ maupun tes prestasi).
2.
Pengolahan
data
Dalam
pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah identifikasi
kasus, membandingkan antar-kasus, membandingkan dengan hasil tes dan menarik
kesimpulan.[6]
3.
Diagonis
(keputusan/penentuan)
Banyak langkah-langkah
diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah
prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991)
sebagai berikut:
a. Melakukan
observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
b. Memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan
belajar.
c. Mewawancarai
orang tua atau wali siwa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin
menimbulkan kesulitan belajar.
d. Memberikan
tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan
belajar yang dialami siswa.
e. Memberikan
tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar.[7]
Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan
tenaga ahli, misalnya:
a.
Dokter,
untuk mengetahui kesehatan anak.
b.
Psikologi,
untuk mengetahui tingkat IQ anak.
c.
Psikiater,
untuk mengetahui kejiwaan anak.
d.
Guru
kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
e.
Orang
tua, untuk mengetahui kebiasaan anak dirumah. Dan sebagainya tergantung pada
kebutuhan.
4.
Prognosis
Merupakan
aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu mengatasi
masalah kesulitan belajar anak didik.
5.
Treatment/perlakuan
Bentuk
treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a.
Melalui
bimbingan belajar kelompok
b.
Melalui
bimbingan belajar individual
c.
Melalui
pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu,
d.
Pemberian
bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis
e.
Melalui
bimbingan orang tua, dan pengatasan kasus sampingan yang mungkin ada.
6.
Evaluasi.[8]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah suatu
kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Penyebab kesulitan yakni:
a.
Yang
bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi anak didik.
b.
Yang
bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c.
Yang
bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indra penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan
kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik.
Selain bersifat umum diatas, ada pula faktor lain yang juga menimbulkan
kesulitan belajar. Faktor-faktor ini dipandang khusus, misalnya: sindrom
psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Anak
didik yang memiliki sindrom tersebut sebenarnya memiliki IQ yang normal bahkan
memiliki kecerdasan diatas rata-rata.
Cara mengatasi kesulitan belajar yaitu: Pengumpulan data,
pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatment/perlakuan dan evaluasi.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak kekurangan, maka dari itu pembaca di mohon kritik dan sarannya yang
membangun agar makalah penulis yang selanjutnya akan lebih baik lagi. Selain
itu, dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2003.
Bachry Djamarah, Syaiful. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Mustaqim. Psikologi Pendidikan, Semarang: Pustaka Belajar,
2008.
Shihab,
Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an vol.7,
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Supriyono, Widodo dan Abu Ahmadi. Psikologi Belajar edisi revisi,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru
edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997.
[1] Mustaqim, Psikologi
Pendidikan, Semarang: Pustaka Belajar, 2008, h.34.
[2] Mulyono
Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2003, h.6.
[3] http://misterchand89.blogspot.com/2012/05/penyebab-kesulitan-siswa-dalam.html (Online, Selasa 22 Oktober 2013 pukul 10.52 wib).
[4]
Syaiful Bachry
Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h.201-202.
[5]
Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an vol.7, Jakarta:
Lentera Hati, 2002, h.302.
[6] Abu Ahmadi dan
widodo Supriyono, Psikologi Belajar edisi revisi, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004, h.96-98.
[7]
Muhibbin Syah, Psikologi
pendidikan dengan Pendekatan Baru edisi Revisi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1997, h. 174.
[8]
Abu Ahmadi dan
widodo Supriyono, Psikologi Belajar edisi revisi, h. 99-100.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar